Selasa, 25 Januari 2011

Sajak Buatmu Nak

Setelah kau dewasa nanti
Setelah semua senja menelan mentari kau pahami
Lalu siang malam berganti, kau mengerti
Tak perlu bermain petak umpet lagi
Kau telah cukup usia untuk menyumpah
Bersumpah serapa kepada penguasa

Kembali di jeda drama hidup tak berskenario
Kembali di ingatkan mentari mengupas geliat
Setelah menganyam malam jadi pagi yang temaram
Dengan merapal Doa kau harus tobat
Dengan tasbih dosa mu teruruk

Kau harus sepakat nak
Dengan Tuhan sang pencipta
Tanpa sekat lebih dekat
Seperti nadi menjadi satu dengan urat Ia buat
Setelah waktu mendewasakan mu
Setelah kau dewasa nanti
Ini sajak buatmu.


Puisi ini diikutkan dalam lomba cipta puisi KPS “Waktu, usia dan perjalanan hidup manusia”, ikut juga dalam antologi puisi KPS. info dan ketentuan lomba klik disini www.pena-santri.blogspot.com

Kami Jujur Di Sajak Ini.

Karena cinta, kami tak naik pitam
Meski kau menikam kami perlahan
Sangat perlahan, tak terasa
Padahal peluh kami belum kau seka
Apalagi luka, pasti tak kau balut bisa

Bukankah kami sudah teramat sangat ramah memarahi
Dengan senyum hanya air mata
Dengan diam tak banyak kata
Karena kami tak tahu bertutur kata
Tapi kami tahu tata karma
Meski kami tak berpendidikan tamat

Kami jujur di sajak ini
Bahwa
Di suatu purnama berganti
Di putih ubun rambut kami
Kau pernah berjanji
Menuntut ilmu hingga nanti
Yang karena itu kehutan kami mencari
Agar ilmu kau cari, temu

Kami hanya jujur di sajak ini
Bahwa jiwa kami tersakiti
Karena cinta, kami tak naik pitam
Karena cinta, kau pun hamil

Itu salah kami
Tak jujur padamu
Kalau hati kami terluka
Karena jiwamu penuh gusar
Kami hanya jujur di sajak ini.

(Puisi ini diikutkan dalam lomba puisi Fatamorgana Publisher dengan tema "Jiwa Yang Tersakiti")

Menanti sampai Nanti.

Kita menanti purnama - purnama berganti
dengan rindu memuncak uban hingga pecah ketuban
dengan pasti luka bertambah, sedangkan borok belum lagi sembuh
di tusuk waktu dengan gaduh, tangis beradu
di sambut perih lalu sedih sanak famili

hingga purnama - purnama berganti
hingga suatu purnama nanti
hingga semua itu pasti
hingga memutih rambut terurai
masih menjalar luka di sanubari
masih menggerayang di setiap ingat
mungkin sampai nanti ke anak - cucu

kembali menanti purnama - purnama berganti
untuk setiap bencana silih berganti
untuk sanak famili terbujur pergi
untuk wasior masih jelas di ingatan
untuk merapi dan mentawai Bangsa berduka
untuk hutan adat di bugili serakah
untuk hutan habis di kabiri pabrik berdiri
untuk semua aturan kamuflase hingga fase akhir

kini menanti purnama - purnama berganti
dengan Doa menjamah tanah semesta jaya
dengan Dzikir membahana udara di alam raya
dengan Syukur sederas air mengalir bertutur
dengan semua tangis dan haru lalu berlalu
dengan kasih mari kita berbagi

kita menanti purnama - purnama berganti
kita lengah bersyukur
akan anugerah nikmat semesta
moga Tuhan tak lagi mengutuk
dengan gamang tulang belulang terbujur
dengan bencana kembali mengucur
mari kita bersyukur.

(Puisi ini diikutkan dalam antologi Puisi : Kasih_Tanah, Air, Udara)

SAJAKNYA KITA

Sajak ini
Sajak esok
Tentang negeri yang tak elok
Hutan habis dikabiri, pabrik berdiri
Bunga desa layu terkontaminasi maksiat
Bahkan hilang, kini dinegeri seberang


Sajak ini
Sajak jantan
Tentang jantan tergolek
Kantongi ijazah sarjana, kuli bangunan tak elak
Setelah menghela asap pabrik tegak berdiri


Sajak ini
Sajak kita
Tentang kita generasi kurang ajar
Kurang belajar dari pejabat
Belajar korupsi, belajar mencuri
Sedangkan rakyat patut dipeduli


Sajak ini
Sajak kita
Tentang kita generasi kurang ajar
Kurang menghajar mereka yang biadap
Memerkosa norma, porak-porandakan aturan
Demi mereka penganut Hedon


Sajak ini
Sajak kita
Tentang kita generasi kurang ajar
Kurang mengajar ke anak - cucu
Tentang budaya barat, budaya yang bangsat
Supaya kelak mereka tak telanjang, karena itu bangsat

Sajak ini
Sajak ego
Tentang status
Tentang jabatan
Tentang pejabat yang korup
Pecahkan rekor, Negara terhutang
Saingi rekor tidur, rekor absen
Waktu sidang buat yang derita
Digedung rakyat, gedung rehat selalu direhap

Ya…….
Sajak ini
Sajaknya kita
Tentang derita
Tentang kita yang tersiksa
Tentang kita yang terkapar dinegeri melimpah
Tentang kita yang mati menderita dinegeri orang

Sajak ini
Sajaknya kita
Sajak yang tak patut buat kita.

By : Abdul Majid Kamaludin.

Juara II Lomba Menulis Puisi Forum Bahasa dan Sastra 2010.

Antologi Puisi Phantazy Poetica.

Mati

Ku mati
Di ujung rindu
Di tengah gelisa
Di seberang kesepian
Di tepian penantian
Dalam kesendirian
Mati menunggu cinta mu.


Ku cari 02

Ku sibak awan
Di senja kelam kian gelap
Mencari sosok yang ku damba
Ku acak –acak tatanan bintang rapi
Tak ku temu jua, ku cari
Ku sobek purnama elok
Mungkin saja kau di situ
Tapi sia – sia, kau tak setia.


Pelangi Hati

Kemana jalan menuju pelangi
Kan ku antar engkau menggapai pelangi
Warnai hari – hari mu
Terangi hidup mu
Bahagiakan engkau
Pelangi hati ku.


Aku Mencintai Mu
Tuk : Dewi Yanti Wadu

Aku mencintai mu
Disetiap desah nafas berpacu
Disetiap detik, menit melaju
Disetiap laju darah memacu
Disetiap hening waktu berlalu
Disetiap malam yang hanya ditemani dingin
Disetiap hari yang tak lagi ku hirau
Aku mencintai mu
Memorial in sabu (NTT)


Jaga Daku.

Jagalah daku
Kekasih ku
Lindungi daku
Pangeran ku
Selamatkan daku
Pahlawan ku
Dari dukamu.

Inilah ke-5 puisi saya yg masuk dalam buku Antologi Puisi Phantazy Poetica.